top of page
Untitled

DASAR FILSAFAT MARHAENISME

Tiap-tiap asas dan cara perjuangan Rakyat harus berdasar atas suatu keyakinan tentang pandangan hidup Rakyat yang berjuang itu. Kalau tidak demikian, maka ajaran itu adalah suatu ajaran yang melamun atau khayal.

​

Begitupula Marhaenisme. Ia berdasar atas suatu keyakinan tentang pandangan hidup. Pandangan hidup itu ialah suatu keyakinan tentang bagaimanakah segala sesuatu di dunia ini terjadi dan berkembang.

​

Itulah yang dinamakan filsafat hidup. Marhaenisme sebagai asas dan cara perjuangan Rakyat yang dideritakan oleh penindasan imperialisme mempunyai dasar filsafat yang khusus mengenai kehidupan Rakyat Indonesia dialam masyarakat tanah airnya sendiri.

​

Sudah barang tentu didalam hati Rakyat yang menderita kesengsaraan hidup sehari-hari, kekurangan sandang seperti diterangkan diatas, pertama-tama timbullah pertanyaan, apakah sebab daripada kemelaratannya dan apakah sebab daripada kekayaan dan kenikmatan hidup orang-orang asing yang menjajahnya.

​

Mudahlah dapat dimengerti bahwa Rakyat yang serba kekurangan menjawab pertanyaan itu dengan satu kesimpulan bahwa yang menjadi sebab perbedaan besar daripada kehidupan si ditindas dan si penindas ialah harta benda.

​

Si peninas bangsa asing dapat berkuasa dan hidup mewah dan enak karena ia mempunyai kekayaan yang serba benda. Sebaliknya si ditindas tidak berkuasa dan hidup dalam kemelaratan karena ia tidak mempunyai serba benda itu. Jadi ia kira bahwa segala sesuatu di dunia ini terjadi dan berkembang karena daya benda atau daya materi.

​

Dari sebab itu timbullah gagasan bahwa cara pembikinan benda itu dapat juga mempengaruhi jalan pikiran orang, malahan dapat menentukannya. Menurut pikiran itu maka di dunia ini yang primer yang nomor satu ialah benda atau materi.

​

Tetapi gagasan Rakyat Indonesia tidak demikian. Meskipun didalam kesengsaraannya Rakyat berpikir pertama-tama pada kebendaan sebagai syarat untuk perbaikan nasibnya,

​

ia toh karena tradisi berabad-abad lamanya sekaligus berpikir tentang kekuatan yang menurut keyakinannya ada diluar kebendaan itu. Ia berkeyakinan bahwa diatas materi itu ada suatu kekuatan yang lebih besar dan yang berkuasa untuk menciptakan benda, untuk memungkinkan adanya benda itu.

Kekuatan yang Maha Kuasa itu, yaitu yang ada tanpa mempunyai sebab, ia sebut TUHAN. Maka Tuhanlah pula yang menentukan adanya kekuatan lahir dan kekuatan batin didalam tubuh manusia.

​

Itulah sebabnya bahwa Rakyat Indonesia mampu pula merasakan dengan kebatinannya penderitaan-penderitaannya yang disebabkan oleh imperialisme di negeri kita.

​

Memang benar bahwa yang menimbulkan perasaan penderitaan itu ialah peninasan yangterutama berupa serba benda. Tetapi sebaliknya serba benda itu tidakmungkin akan menimbulkan reaksi apa-apa, kalau Rakyat tidak mempunyai daya kebatinan yang mampu menimbulkan perasaan tadi.

​

Reaksi yang demikian itu selanjutnya menimbulkan kesadaran yang dapat mengadakan gerakan masa dengan tujuan merubah kehidupan materil kaum Marhaen sehingga ia hidup bahagia sejahtera.

​

Jadi kekuatan batin itupun dapat meruah kekuatan benda, tetapi sebaliknya bendapun dapat merubah kelemahan batin menjadi kuat. Maka didalam kehidupan manusia selalu ada dua kekuatan itu, tidak saja berdampingan tetapi juga saling mempengaruhi. Oleh karena itu pandangan hidup Rakyat Indonesiapun sesuai dengan kenyataan itu.

​

Kedua unsur itu yaitu kebendaan dan kebatinan, adalah sama dayanya dan sama nilainya. Yang satu tidak dapat diangan-angankan tanpa yang lainnya. Keduanya menjadi intisari daripada pandangan filsafat Marhaenisme tetapi mereka tak dapat dipisah-pisahkan karena fungsinya ialah satu.

​

Itulah sebabnya bahwa kebendaan dan kebatinan daat disebut intisari daripada dasar filsafat Marhaenisme.

​

Ditinjau dari sudut filsafat Marhaenisme itu, mudah dimengerti kalau PNI mulai dulu sudah memperjuangkan suatu masyarakat adil dan makmur baik lahir maupun batin, atau materil atau sprirituil.

bottom of page